SELAMAT DATANG DI WEBSITE MADRASAH IBTIDAIYAH AL FATAH-LEBIH BAIK MADRASAH-MADRASAH LEBIH BAIK

Minggu, 28 Februari 2016

Debat Teologi KH Wahab Chasbullah dengan Gubernur Hindia Belanda

KH. Wahab Chasbullah (Foto: http://www.nu.or.id/)
Dalam suatu kesempatan diplomasi antara Van der Plas (Gubernur Hindia Belanda untuk wilayah Jawa Timur sebelum Jepang mengalahkan Belanda tahun 1942) dengan KH A Wahab Chasbullah, diceritakan sebelum masuk ke pembicaraan inti, Van der Plas terlebih dahulu hendak menguji kecakapan Kiai Wahab Chasbullah dalam bidang teologi. 
Ia mengajukan satu pertanyaan  dan lewat pertanyaan ini ia menduga Kiai Wahab akan terperangkap pada pertanyaan pembuka tersebut.

“Kiai, menurut Kiai lebih enak dan nyaman mana antara bernaung di bawah pohon hidup dengan bernaung di bawah pohon yang mati,” tanya Van der Plas.
Demi mendengar pertanyaan di atas, Kiai Wabab langsung paham, bahwa yang dimaksud dengan “pohon mati” dan “pohon hidup” dalam kalimat pertanyaan tersebut bukanlah arti harfiah atau makna hakiki yang dikehendaki Van der Plas, melainkan arti majazi, ada makna tersirat dalam kalimat tersebut yang sengaja disajikan secara implisit untuk menjebaknya di awal pembicaraan.

Sabtu, 27 Februari 2016

DITJEN PENDIS AKAN UPDATE DATA RIIL KEBUTUHAN RUANG KELAS MADRASAH

Foto: http://pendis.kemenag.go.id/
Bekasi (Pendis) - Direktorat Jenderal Pendidikan Islam sedang menyiapkan skema anggaran untuk memperbaiki kondisi gedung madrasah yang tidak layak. Guna mendukung itu, Ditjen Pendis meminta data teranyar kepada seluruh Kepala Bidang Madrasah/Pendis Kantor Wilayah Provinsi seluruh Indonesia. Untuk mendukung data tersebut, juga perlu juga data awal dari Education Management Information System (EMIS) Ditjen Pendis, "para Kabid tolong minta juga data ke EMIS," kata Dirjen Pendis Kamaruddin Amin.
Hal ini menurut Dirjen Pendis harus segera disiapkan, "sebab, dalam waktu dekat ini data tersebut sedang ditunggu Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas-red)," katanya di Bekasi, Rabu (24/02) kemarin.

Jumat, 26 Februari 2016

Penjelasan Seputar Sejarah dan Fiqih Gerhana

Foto: Antara
Foto: Antara
Oleh Ibnu Zahid Abdo el-Moeid
Shalat wajib 5 waktu disyariatkan saat peristiwa Isra' dan Mi'raj. Adapun Isra' dan Mi'raj terjadi pada hari Senin Legi tanggal 27 Rajab –3 H (hijriah)/19 Maret 619 M (masehi). Sebagian riwayat mengatakan 16 bulan sebelum hijrah, sebagian lagi mengatakan 5 tahun sebelum hijrah. Sedangkan shalat gerhana baru disyariatkan 6 tahun 2 bulan setelah Isra' dan Mi’raj. Shalat gerhana disyariatkan pertama kali pada tahun ke-5 hijrah, yakni ketika terjadi gerhana bulan total pada malam Rabu 14 Jumadal Akhirah 4 H, bertepatan dengan 20 November 625 M.

Kompas Cetak: NU Online, Islam Moderat di Dunia Maya


Jakarta, Muslimedianews ~ Harian Kompas edisi Senin, 11/1/2016 memuat artikel tentang Situs Resmi Nahdlatul Ulama, NU Online di kolom teratas halaman 4 rubrik politik dan hukum dengan judul ‘NU Online: Islam Moderat di Dunia Maya’. Dalam artikel yang ditulis oleh Wartawan Kompas Antony Lee tersebut, NU Online dinilai menjadi rujukan informasi dan wacana keislaman moderat di dunia maya.

Dalam artikel sepanjang 16 paragraf itu, Antony Lee menggali informasi dari pemimpin redaksi (Pimred) NU Online, Ahamd Mukafi Niam, Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU, Juri Ardiantoro, Pengajar Sosiologi Komunikasi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Triyono Lukmantoro, dan reporter senior BBC, Peter Taylor.

Rabu, 24 Februari 2016

Kebangkitan Pelajar NU: Dari Refleksi Menuju Proyeksi


Oleh W Eka Wahyudi


"Tjita2 daripada Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama ialah membentuk manusia jang berilmu, tetapi bukan manusia calon kasta elite dalam masyarakat. Tidak. Kita menginginkan masyarakat jang berilmu. Tetapi jang dekat dengan masyarakat."

Itulah petikan pidato KH Tolchah Mansoer dalam Muktamar ke-4 IPNU di Yogjakarta, 11 Februari 1961. Dalam sambutannya, Kiai Tolchah menegaskan kembali bahwa poin terpenting dari berdirinya IPNU adalah berorientasi pada dua arus utama; intelektualitas dan responsibilitas. 

Selasa, 23 Februari 2016

Digitalisasi Karya Ulama Nusantara, PBNU Gandeng Perpusnas RI

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Kepala Perpusnas RI Hj Sri Sularsih (kiri).

Jakarta, NU Online
Banyaknya karya ulama Nusantara berupa manuskrip maupun kitab serta dokumen-dokuemn primer NU menjadi perhatian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk melakukan digitalisasi. 

Pendataan Laporan Individu untuk MI, MTs dan MA

Malang, Al Fatah Online - Operator madrasah siap-siap untuk mengerjakan Laporan Individu untuk madrasah. Seperti dilansir dari blog Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang, bahwa Laporan Individu untuk MI, MTs, dan MA harus segera dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut: 


  1. Form LI untuk MI, MTs dan MA bisa DIDOWNLOAD DI SINI
  2. File LI MI/MTs/MA dikumpulkan ke Seksi Pendma pada tanggal 26 Februari 2016 (bersamaan dengan mengumpulkan data BOS)
Untuk kesuksesan pendataan di lingkungan madrasah, maka operator sebaiknya segera tancap gas. Selamat Bekerja untuk operator madrasah.(mff)

Referensi: https://madrasahkabmalangoke.wordpress.com/2016/02/22/pendataan-laporan-individu-untuk-mi-mts-dan-ma/

PENCAIRAN BOS TRIWULAN I TAHUN 2016 DI LINGKUNGAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. MALANG

Malang, Al Fatah Online - Kabar gembira bagi madrasah di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang, terutama bagi madrasah swasta. Baru-baru ini Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang melalui Seksi Pendidikan Madrasah telah mempublikasikan sebuah pengumuman terkait pencairan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk triwulan 1. Dalam publikasi tersebut, setiap kepala madrasah swasta diminta untuk segera membuat usulan pencairan dana bos sebagaimana format yang telah disediakan. Selain itu juga disampaikan agar jika ada permintaan nomor rekening dikosongi saja dikarenakan nomor rekening ada perubahan.

Bagi madrasah yang sudah mengerjakan usulan pencairan BOS tersebut, diminta untuk mengumpulkan ke Seksi Pendidikan Madrasah melalui KKM masing-masing paling lambat pada hari Jum’at tanggal 26 Februari 2016 pukul : 14.00 WIB dengan ketentuan berkas tersebut dimasukkan map snail. (mff)


adapun FORMAT BERKAS PENCAIRAN BOS TRIWULAN I TAHUN 2016 bisa DOWNLOAD DI SINI

Referensi: https://madrasahkabmalangoke.wordpress.com/2016/02/22/2333/

EDARAN PELAKSANAAN PERMENDIKBUD NO. 53 TAHUN 2015 BAGI MADRASAH YANG MELAKSANAKAN K-13


Malang, Al Fatah Online - Kurikulum 2013 (K-13) memang masih menyisakan polemik. Namun meskipun demikian, untuk di lingkungan Kementerian Agama beberapa madrasah yang benar-benar siap terutama madrasah negeri telah melaksanakan K-13 tersebut. Dengan dilaksanakannya K-13 tersebut oleh beberapa madrasah, tentunya hal itu berimplikasi pada penilain hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan PAda Pendidikan Dasar dan Menengah.

Berkaitan dengan telah terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tersebut, maka berdasarkan surat edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/Dt.I.I/PP.00.11/218/2016 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur melalui Kepala Bidang Pendidikan Madrasah telah menerbitkan surat edaran nomor: Kw.15.2/1/PP..00/1142/2016 tanggal: 16 Februari 2016 yang pada intinya surat tersebut adalah penerapan isinya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 secara efektif mulai tahun 2015-2016 bagi madrasah yang melaksanakan K-13.(mff)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 dapat DIDOWNLOAD DI SINI

Surat edaran nomor: Kw.15.2/1/PP..00/1142/2016 dapat DIDOWNLOAD DI SINI

Referensi: https://madrasahkabmalangoke.wordpress.com/

Sabtu, 20 Februari 2016

Saat Rasulullah Dicekik dan Dilempari Kotoran Binatang


Rasulullah bukan sosok pemarah. Banyak yang mencoba mengejek, menyakiti dan melukai, tapi Rasulullah tidak menanggapi dengan api amarah. Rasulullah kadang malah membalas dengan kasih berlebih. Begitu pun ketika si Badui kurang ajar itu mengasarinya. <>Rasulullah tengah berjalan bersama Anas bin Malik, ketika tiba-tiba Arab Badui itu menarik selendang Najran di kalungan lehernya.
Begitu kerasnya tarikan si Badui, Nabi pun tercekik. Anas, seperti tercatat dalam Shahih al-Bukhari, sempat melihat bekas guratan di leher Nabi.

Jumat, 19 Februari 2016

Kemenag Beri Beasiswa Lulusan Madrasah Kuliah di Jepang

(Foto: http://madrasah.kemenag.go.id/)

Al Fatah Online - Kabar gembira bagi lulusan madrasah. Pada hari Rabu (17/02) yang lalu ditengah-tengah kunjungan delegasi Direktorat Pendidikan Madrasah ke Jepang atas undangan dari Shizuoka University dalam rangka menghadiri acara the Sakura Science Exchange Program yang berlangsung dari 16 – 17 Februari 2016, Direktorat Pendidikan Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia telah menanda tangani Letter of Intent (LoI) kerjasama pendidikan dengan Shizuoka University Jepang. Dalam kerjasama tersebut dibuka peluang bagi lulusan madrasah untuk menempuh studi S1 di Shizuoka University.

REVISI BIODATA PEMBERKASAN TPP JANUARI-FEBRUARI 2016

Al Fatah Online - Sahabat Al Fatah, untuk kelancaran proses pemberkasan pencairan Tunjangan Profesi Pendidik untuk bulan Januari-Februari 2016 di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang, maka Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang telah mempublikasikan format biodata yeng telah direvisi sebagaimana format yang dapat DIUNDUH DI SINI

Selanjutnya, semua guru dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang yang telah memenuhi syarat segera melakukan proses pemberkasan sesuai dengan aturan yang ada.

Sumber: https://madrasahkabmalangoke.wordpress.com/

KODE MATA PELAJARAN PADA SERTIFIKAT PENDIDIK


Al Fatah Online - Sahabat Al Fatah, berkaitan dengan pengisian mata pelajaran guru profesional pada aplikasi SIMPATIKA,terkadang PTK yang bersangkutan atau operator bingung harus mengisi mata pelajaran yang tepat. Untuk membantu PTK atau operator dalam mengisi mata pelajaran di aplikasi SIMPATIKA, maka baru-baru ini Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang mempublikasikan tentang kode mata pelajaran yang tertera pada nomor peserta sertifikasi pada sertifikat pendidik. Adapun susunan nomor peserta sebagai berikut:

Dan untuk kode mata pelajaran DAPAT UNDUH DI SINI

Sumber: https://madrasahkabmalangoke.wordpress.com/

Rabu, 17 Februari 2016

Sidogiri Berduka Mengiringi Kepergian Sosok KH. Muhammad Kholil Rochman bin Abd. ‘Alim

Al Fatah OnlineKamis dini hari (04/02) ketika para santri Pondok Pesantren Sidogiri sedang menikmati bunga-bunga mimpi indah dalam tidur pulasnya sembari melepaskan kepenatan dan keletihan. Setelah menjalani berbagai kegiatan pesantren sepanjang hari. Saat itu, jarum jam masih menunjukkan pukul 03.00 Wis. Tiba-tiba, deringan bel menggema dan membahana di  seantero pesantren. Merubah kesunyian menjadi kegaduhan dengan lalu lalang santri. Mereka tampak tergopoh-gopoh menuju ke masjid jamik Sidogiri. Seakan ada tragedi duka yang menimpa Keluarga Besar Pondok Pesantren Sidogiri.
Tak lama setelah bel dipencet,  kabar dari lidah ke lidah antar santri bahkan dari alumni ke alumni. Membuat mata yang bersarang di pelupuk mata sirna seketika, air mata pun mengalir seraya lidah malafalkan Innâlillahi wa innâ ilaihi râjiûn. Kabar duka menimpa Pondok Pesantren Sidogiri. Salah satu keluarga besar pondok  pesantren Sidogiri (PPS) berpulang kerahmatullah. Mas HM. Kholil Rochman bin Abd. ‘Alim  (Mas Muhammad) putra alMaghfirullah KH. Abd ‘Alim bin Abd Djalil bin Fadil wafat. Beliau wafat pukul 02.50 Wis di RS Jember Klinik Jember.

Kabar Duka: Pendiri Pagar Nusa KH Abdurrahman Utsman Wafat

KH Abdurrahman Utsman (kiri) bersama sang anak, H Aizuddin Abdurrahman (Foto: http://www.nu.or.id/)

Al Fatah OnlineInnâlillâhi wa innâ ilaihi râji‘un. Salah satu tokoh yang berperan dalam proses pendirian Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa KH Abdurrahman Utsman meninggal dunia di RSUD Jombang, Jawa Timur, Rabu (17/2), pukul 02.30 WIB.

PEMBAGIAN BUKU REKENING BSM/PIP TAHAP 7 TAHUN ANGGARAN 2015


Al Fatah OnlineSehubungan dengan pembagian Rekening BSM secara bertahap, Seksi Pendma Kantor Kementerian Agama Kab. Malang mengundang 17 orang Kepala Madrasah untuk hadir pada :

Hari/Tanggal : Kamis, 18 Februari 2016
Pukul : 08.00-10.00 WIB
Tempat : Ruangan Pendma
Acara : Pembagian Rekening BSM Tahap 7 Tahun Anggaran 2015

Adapun data 17 Madrasah yang di undang bisa DIDOWNLOAD DI SINI

JADWAL UAM DAN UKK MI TAHUN 2015 2016


Al Fatah OnlineUntuk persiapan UAM dan UKK MI tahun 2015-2016 di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kab. Malang, Penma Kab. Malang Telah mempublikasikan Jadwal UAM dan UKK MI Tahun 2015-2016.

Jadwal UKK KLIK DI SINI
Jadwal UAM Kelas VI KLIK DI SINI

Sumber: https://madrasahkabmalangoke.wordpress.com/

PEDOMAN TEKNIS UAM DAN UAMBN TAHUN 2015/ 2016


Al Fatah Online - Untuk menyukseskan pelaksanaan UAM dan UAMBN tahun 2015-2016, Penma Kab. Malang Telah mempublikasikan Pedoman Teknis UAM dan UAMBN Tahun 2015-2016. Dalam pedoman teknis tersebut, telah dijelaskan semua hal terkait pelaksanaan UAM dan UAMBN Tahun 2015-2016 untuk dipedomani semua madrasah.

PEDOMAN TEKNIS UAM DAN UAMBN TAHUN 2015/ 2016 versi PPT DOWNLOAD DI SINI
PEDOMAN TEKNIS UAM DAN UAMBN TAHUN 2015/ 2016 versi PDF DOWNLOAD DI SINI

Senin, 15 Februari 2016

Verval NRG Simpatika 2016 Berbeda Statusnya


Al Fatah OnlineKetika melakukan verval NRG, mungkin status yang ada sedikit berbeda dikarenakan pada saat mau melakukan verval NRG ternyata saat terlihat tampilan seperti ini;

Adakah anda memiliki tampilan di status NRGnya seperti ini ??, anda tidak perlu risau saat tampilan anda bebeda dengan guru yang lain terutama bagi guru sertifikasi angkatan tahun 2010 kebawah sampai tahun 2006 maka akan diminta melakukan ajuan verval NRG, karena tampilan gambar diatas ada bagi yang lolos sertifikasi angkatan 2011 dan kemungkinan setelah tahun 2011 dan sudah melakukan verval NRG tahun 2015 kemarin maka akan berpenampilan sama, hal ini bisa kita lihat atau kita cek seperti gambar ajuan tahun kemarin verval NRG dibawah ini;




Kita tidak usah khawatir tentang ini, karena memang ini sifatnya verval NRG adalah melanjutkan tahun kemarin (tahun 2015) karena pada tahun kemarin terdapat sedikit polemik tentang Padamu Negeri dan hasilnya dapodiklah yang diakui oleh kemdikbud. Verval NRG lanjutan ini sesuai dengan edaran dirjen pendis tentang Pengembangan Program SIMPATIKA Tahun 2016. Jadi disini saat bagi guru yang melakukan verval NRG memiliki tampilan di atas anda termasuk data yang sudah terekam dalam sistem tinggal diverivikasi oleh admin NRG di kemdikbud sehingga kalo nanti sudah ditemukan data arsip yang sesuai data anda maka nomor NRG akan otomatis muncul di sistem seperti munculnya nomor NPK milik kemenag.

Sumber: http://imadrasah.blogspot.co.id/

Dirjen Pendis : Verifikasi & Validasi Ulang Pesantren!

Al Fatah OnlineMaraknya alumni pesantren yang terindikasi radikal dan terlibat aksi teror di belahan bumi Indonesia ini, Dirjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin menghimbau agar masyarakat dan aparat harus merespon secara proporsional berbagai indikasi yang belum bisa dipertanggungjawabkan tersebut.
"Saya instruksikan agar seluruh Kanwil Kementerian Agama Propinsi maupun Kabupaten/Kota memverifikasi dan memvalidasi ulang pondok pesantren, terlebih lagi yang mempunyai pemahaman radikal," tegas guru besar UIN Alaudin Bidang Ilmu Hadits Fakultas Adab dan Humaniora ini.
Kalau memang terindikasi ada potensi radikal, lanjut Kamaruddin, maka Kementerian Agama wajib melakukan komunikasi secara produktif melalui pembinaan, pendekatan dan sosialisasi dibantu pemuka agama dan tokoh masyarakat setempat. Pendekatan yang dipakai pun juga memakai komunikasi akademik-dialogis.
Kementerian Agama pun, kata lulusan terbaik program magister Universitate te Leiden Belanda ini, akan membuat kajian komprehensif meliputi kurikulum, tenaga pengajar, dan kelembagaan pesantren untuk memastikan pesantren terindikasi radikal atau tidak.
"Bisa saja dari sisi kelembagaan dan kurikulum tidak ada masalah akan tetapi ustadz/tenaga pengajar yang punya pemahaman radikal," terangnya di ruang kerja Dirjen Pendis, Kamis (11/02/16) sore.
Agar radikalisme tidak terjadi, mantan Sekretaris Ditjen Pendis ini, maka gerakan IslamRahmatan lil alamin (ISRA) harus dilakukan secara masif, terencana, dan terstruktur di seluruh Indonesia.
"Sesuai dengan visi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yang menghadirkan pendidikan Islam yang unggul, kompetitif, dan moderat maka mengintensifkan secara masif gerakan ISRA adalah sebagai counter argumen yang harus disampaikan oleh lembaga-lembaga di bawah Ditjen Pendis dan semua pihak yang menginginkan kedamaian," cetusnya.
Realisasi konkret dari gerakan ISRA tersebut, tambah Kamaruddin, adalah melalui kurikulum pada pendidikan formal (madrasah) maupun non-formal (pesantren dan madrasah diniyah).
"Kita ajak mereka berdiskusi akan potensi munculnya radikalisme di pesantren dan madrsah. Kampanye melalui melalui media sosial-internet juga sangat penting dilakukan agar generasi terbebas dari virus radikalisme," kongkretnya.
(viva/dod)

Sabtu, 13 Februari 2016

PENGEMBANGAN PROGRAM SIMPATIKA TAHUN 2016


Al Fatah Online - Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kab. Malang baru-baru ini telah mempublikasikan surat Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur melaui Kepala Bidang Pendidikan Madrasah nomor: Kw.15.2/2/PP.00/977/2016 tanggal 9 Februari 2016 perihal: Pengembangan Program Simpatika Tahun 2016.

Dalam surat tersebut, dicantumkan rincian program pengembangan simpatika sebagai berikut:

PEDOMAN PENILAIAN PRESTASI KERJA GURU , KEPALA SEKOLAH,DAN GURU YANG DIBERI TUGAS TAMBAHAN


Al Fatah Online - Terkait dengan telah diberlakukannya Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2013 sebagai peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan untuk membangun aparatur sipil negara yang berkualitas, profesional, netral, memiliki integritas, dan mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dengan baik, maka disusun Pedoman Penilaian Prestasi Kerja Guru, Kepala Sekolah, dan Guru yang Diberi Tugas Tambahan sebagai acuan untuk menjamin objektivitas pembinaan guru berdasarkan sistem prestasi dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.

PEDOMAN-PENYUSUNAN-SKP-DAN-PENILAIAN-KINERJA-GURU -terbaru DOWNLOAD DI SINI

Sumber: https://madrasahkabmalangoke.wordpress.com/

Jumat, 12 Februari 2016

LARANGAN MERAYAKAN VALENTINE DAY

Al Fatah Online - Bulan Februari bagi sebagian kalangan merupakan bulan yang spesial dan selalu ditunggu-tunggu. Hal itu dikarenakan hari kasih sayang atau yang lebih dikenal dengan valentine day ada pada bulan tersebut, lebih tepatnya adalah tanggal 14 Februari. Dengan beragam cara dan ekspresi orang dalam memaknai serta merayakan valentine day. 

Ada kalangan tertentu yang memaknai valentine day dengan menyatakan kasih sayang terhadap keluarga atau orang yang disayangi tanpa berlebihan dan tetap pada norma yang ada, ada sebagian yang sangat anti terhadap valentine day, dan ada yang merayakan valentine day dengan cara negatif yang melanggar norma. Dan yang menjadi keprihatinan adalah ketika cara-cara negatif yang melanggar norma tersebut menjadi sebuah fenomena yang lumrah dan seolah menjadi sebuah budaya di kalangan generasi muda.

Oleh karena itu, sebaiknya kita para pendidik harus lebih proaktif dalam membentengi para peserta didik agar tidak menjadi latah terhadap hal-hal negatif dalam fenomena valentine day tersebut. Harus lebih ditanamkan pada peserta didik bahwa agama Islam lebih menjunjung tinggi nilai-nilai kasih sayang dengan cara-cara yang lebih mulia jauh melebihi valentine day.

Berawal dari sebuah keprihatinan dan keinginan untuk antisipasi dan mencegah terjadinya pergaulan bebas, maka Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur melalui Bidang Pendidikan Madrasah mempublikasikan surat nomor: Kw. 15.2/4/PP.00/1069/2016 perihal larangan merayakan valentine day. Dalam surat tersebut diminta agar Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota se Jawa Timur meneruskan informasi kepada seluruh Kepala Madrasah untuk diinformasikan kepada peserta didik agar tidak melakukan perayaan valentine day baik di dalam maupun di luar madrasah.

Surat Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur melalui Bidang Pendidikan Madrasah menerbitkan surat nomor: Kw. 15.2/4/PP.00/1069/2016 perihal larangan merayakan valentine day  dapat didownload di sini.

KIAI HAMID BUKAN "WALI TIBAN"


Oleh A Mustofa Bisri

Mungkin banyak orang yang tidak tahu bahwa shahabat Umar Ibn Khatthab (40 S.H. – 23 H.) itu “faqih” mujtahid dan fatwa-fatwanya dibukukan orang dan dikenal sebagai fiqh Umar. Mungkin juga tak banyak yang tahu bahwa khalifah kedua ini muhdats (gampangnya, wali besar menurut istilah di kita sekarang). Beliau pernah mengomando pasukan muslimin yang berada di luar negeri cukup dari mimbar mesjid di Medinah; pernah menyurati dan mengancam sungai Nil di Mesir yang banyak tingkah, hingga ‘nurut’—memberi manfaat manusia tanpa minta imbalan kurban perawan seperti semula—sampai sekarang ini; sering dengan firasatnya, shahabat Umar menyelamatkan orang. Bahkan khalifah yang pertama-tama dijuluki Amirul mukminien ini, pendapatnya sering selaras dengan wahyu yang turun kemudian kepada Rasulullah SAW (Misalnya pendapat beliau tentang tawanan Badr, tentang pelarangan khamr, tentang adzan, dsb.). Namun manakibnya jarang atau mungkin malah tidak pernah dibaca orang. Umumnya orang hanya mengenal beliau sebagai pemimpin yang al-Qawwiyul Amien, yang kuat dan amanah. Pemimpin kelas dunia (bahkan Michael Hart memasukkan beliau dalam 100 tokoh paling berpengaruh di dunia) yang sering di elu-elukan sebagai Bapak Demokrasi yang penuh toleransi. 

Boleh jadi juga banyak yang tidak tahu bahwa shahabat Abu Bakar Siddieq (51 S.H.–13 H.) adalah waliyullah paling besar sepanjang zaman. Kebesarannya tampak sekali saat Rasulullah SAW wafat. Ketika semua orang, bahkan shahabat Umar yang perkasa, terpukul dan panik penuh ketidakpercayaan, Shahabat Abu Bakar –yang pasti paling sedih dan paling merasa kehilangan dengan wafatnya sang kekasih agung itu—sedikit pun tidak kelihatan guncang, apalagi kehilangan keseimbangan. Shahabat nomor wahid itu bahkan masih sempat mengingatkan shahabat Umar dan yang lain tentang firman Allah, Wamaa Muhammadun illa Rasuul qad khalat min qablihir rusul …yaitu bahwa betapa pun besarnya Muhammad SAW dia tetap manusia yang bisa mati. Hanya Allah yang hidup dan tak mati. “Man kaana ya’budu Muhammadan fainna Muhammadan qad maatwaman ya’buduLlaaha fainnaLlaha Hayyun la yamuut;” kata beliau saat itu menyadarkan shahabat Umar dan yang lain. Wali mana yang lebih besar dari orang yang disebut Rasulullah SAW sebagai kekasihnya, Abu Bakar Shiddiq ini? Sebagaimana shahabat Umar, juga jarang yang mengingat bahwa shahabat Abu Bakar juga mujtahid dalam arti yang sesungguhnya. Umumnya orang hanya mengenal shahabat abu Bakar sebagai shahabt yang mulia budi bahasanya, negarawan dan khalifah pertama Khulafa-ur Rasyidien.

Demikian pula shahabat-shahabat besar yang lain seperti sayyidina Utsman Ibn ‘Affan (47 S.H. – 35 H.) dan sayyidina Ali Ibn Abi Thalib (W. 40 H.), kebanyakan orang hanya mengenal sebagian dari sosok mereka yang paling menonjol; sehingga sisi-sisi kelebihan yang lain bahkan sering terlupakan. Dalam kitabnya Thabaqaat al-Fuqahaa, imam Abu Ishaq as-Syairazy menempatkan Khulafa-ur Rasyidien –secara berurutan-- di deretan pertama tokoh-tokoh faqih dunia. Tapi siapakah yang tersadar bahwa tokoh-tokoh khulafa itu ‘ahli fiqh’ juga? 

Hal yang sama, dengan pencitraan yang berbeda-beda, terjadi pada tokoh-tokoh berikutnya. Imam Syafi’i (150 H.- 204 H.) misalnya, karena sudah terlanjur beken di bidang fiqh, apalagi menciptakan kaidah fiqh yang sangat jenius dan spektakuler, banyak orang yang lupa bahwa beliau sebenarnya juga menguasai ilmu hadis dan sastrawan yang handal; beliau mempunyai antologi puisi yang kemudian dikenal dengan Diewan Asy-Syafi’i. Lebih sedikit lagi yang tahu bahwa Muhammad Ibn Idris ini juga mengerti tentang musik. Setiap orang berbicara tentang imam Syafi’i boleh dikata hanya sebagai sosok faqih mujtahid belaka.

Lebih malang lagi adalah imam Ibn Taimiyah yang hanya gara-gara kemononjolannya dalam hal menentang tawasul, oleh sebagian banyak orang –khususnya pengagum Imam Ghazaly—ditolak seluruh pemikirannya dan tidak dianggap sebagai imam yang alim dan mumpuni. 

Syeikh Abdul Qadir Jailany (atau Jiely atau Kailany, 470-561 H. ) yang dijuluki Sulthaanul ‘Auliyaa, Raja Para Wali, barangkali tak banyak yang mengetahui bahwa beliau sebenarnya menguasai tidak kurang dari 12 ilmu. Beliau mengajar ilmu-ilmu Qiraah, Tafsir, Hadis, Perbandingan madzhab, Ushuluddin, Ushul Fiqh, Nahwu, dlsb. Belia berfatwa menurut madzhab Syafi’i dan Hanbali. Namun karena orang melihat sosok akhlaknya yang sangat menonjol, maka orang pun hanya melihatnya sebagai seorang sufi atau wali besar.

Demikianlah umumnya tokoh besar, sering ‘divonis’ harus menjadi ‘hanya sebagai’ atau ‘dikurangi’ kebesarannya oleh citra kebesarannya sendiri yang menonjol. Masyarakat tentu sulit diharapkan akan dapat melihat kebesaran seseorang tokoh secara utuh, paripurna; karena justru masyarakatlah yang pertama-tama terperangkap dalam sisi kebesaran yang menonjol dari sang tokoh dan kemudian tidak bisa melepaskan diri. Karena bagi mereka cukuplah apa yang mereka ketahui dari sang tokoh itu sebagai keutuhan kebesarannya. Barangkali disinilah pentingnya buku biografi seperti yang sekarang ada di tangan Anda. Biografi Almarhum wal maghfurlah Kiai Haji Abdul Hamid yang dikenal dengan Kiai Hamid Pasuruan ini.

***

Saya ‘mengenal’ secara pribadi sosok Kiai Abdul Hamid, ketika saya masih tergolong remaja, sekitar tahun 60-an. Ketika itu saya dibawa ayah saya, KH Bisri Mustofa, ke suatu acara di Lasem. Memang sudah menjadi kebiasaan ayah, bila bertemu atau akan bertemu kiai-kiai, sedapat mungkin mengajak anak-anaknya untuk diperkenalkan dan dimintakan doa-restu. Saya kira ini memang merupakan kebiasaan setiap kiai tempo doeloe. Waktu itu, di samping Kiai Hamid, ada Mbah Baidlawi, Mbah Maksum, dan kiai-kiai sepuh lain. Dengan mbah Baidlawi dan mbah Maksum, saya sudah sering ketemu, ketika beliau-beliau itu tindak Rembang, atau saya dibawa ayah sowan ke Lasem. Dengan kiai Hamid baru ketika itulah saya melihatnya. Wajahnya sangat rupawan. Seperti banyak kiai, ada rona ke-Arab-an dalam wajah rupawan itu. Matanya yang teduh bagai telaga dan mulutnya yang seperti senantiasa tersenyum, menebarkan pengaruh kedamaian kepada siapa pun yang memandangnya.

Ayah saya berkata kepada Kiai Hamid, “Ini anak saya Mustofa, Sampeyan suwuk!” Dan tanpa terduga-duga, tiba-tiba, kiai kharismatik itu mencengkeram dada saya sambil mengulang-ulang dengan suara lembut: “Waladush-shalih, shalih! Waladush-shalih, shalih!”. Telinga saya menangkap ucapan itu bukan sebagai suwuk, tapi cambuk yang terus terngiang; persis seperti tulisan ayah saya sendiri di notes saya: “Liyakun waladul asadi syiblan laa hirratan.” (“Anak singa seharusnya singa, bukan kucing!”). Apalagi dalam beberapa kali petemuan selanjutnya, cengkeraman pada dada dan ucapan lembut itu selalu beliau ulang-ulang. Tapi dalam hati, diam-diam saya selalu berharap cambuk itu benar-benar mengandung suwuk, doa restu. 

Kemudian ketika saya sering berjumpa dalam berbagai kesempatan, apalagi setelah saya mulai mengenal putera-putera beliau –Gus Nu’man, Gus Nasih, dan Gus Idris— , Kiai Hamid pun menjadi salah satu tokoh idola saya yang istimewa. Pengertian idola ini, boleh jadi tidak sama persis dengan apa yang dipahami kebanyakan orang yang mengidolakan beliau. Biasanya orang hanya membicarakan dan mengagumi karomah beliau lalu dari sana, mereka mengharap berkah. Seolah-olah kehadiran Kiai Hamid –Allah yunawwir dhariihah— hanyalah sebagai ‘pemberi berkah’ kepada mereka yang menghajatkan berkah. Lalu beliau pun dijadikan inspirasi banyak santri muda yang –melihat dan mendengar karomah beliau-- ingin menjadi wali dengan jalan pintas. Padahal berkah beliau, paling tidak menurut saya –dengan alasan-alasan yang akan saya kemukakan melalui kisah-kisah di belakang—lebih dari itu. 

Pernah suatu hari saya sowan ke kediaman beliau di Pasuruan. Berkat ‘kolusi’ dengan Gus Nu’man, saya bisa menghadap langsung empat mata di bagian dalam ndalem. Saya melihat manusia yang sangat manusia yang menghargai manusia sebagai manusia. Bayangkan saja; waktu itu ibaratnya beliau sudah merupakan punjer-nya tanah Jawa, dan beliau mentasyjie’ saya agar tidak sungkan duduk sebangku dengan beliau. Ketawaduan, keramahan, dan kebapakan beliau, membuat kesungkanan saya sedikit demi sedikit mencair. Beliau bertanya tentang Rembang dan kabar orang-orang Rembang yang beliau kenal. Tak ada fatwa-fatwa atau nasihat-nasihat secara langsung, tapi saya mendapatkan banyak fatwa dan nasihat dalam pertemuan hampir satu jam itu, melalui sikap dan cerita-cerita beliau. Misalnya, beliau menghajar nafsu tamak saya dengan terus menerus merogoh saku-saku beliau dan mengeluarkan uang seolah-olah siap memberikannya kepada saya (Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa salah satu ‘hoby’ Kiai Hamid adalah membagi-bagikan uang). Atau ketika beliau bercerita tentang kawan Rembang-nya yang dapat saya tangkap intinya: setiap manusia mempunyai kelebihan di samping kekurangannya.

Ketika ‘krisis’ melanda NU di tahun 80-an, saya nderekke para rais NU Wilayah Jawa Tengah, Almarhum Kiai Ahmad Abdul Hamid Kendal, Almarhum Kiai A. Malik Demak, dan Kiai Sahal Machfudz Kajen, sowan ke kediaman kiai saya, Kiai Ali Maksum Krapyak Yogya –Allah yarhamuh—yang waktu itu Rais ‘Am. Kebetulan pada waktu itu Kiai Hamid sudah ada disana. Seperti biasa dengan nada berkelakar, Pak Ali –demikian santri-santri Kiai Ali selalu memanggil beliau—berkata kepada Kiai Hamid: “Iki lho, Mustofa kandani, seneni!” (“Ini lho Mustofa dinasihati, marahi!”). Memang ketika itu saya sedang ada ‘polemik’ dengan kiai saya yang ‘liberal’ itu. Sekali lagi saya saksikan Kiai Hamid –dalam memenuhi permintaan sahabat-karibnya itu—dengan kelembutannya yang khas, hanya bercerita. “Saya tidak bisa bernasihat; mau menasihati apa? Tapi saya ingat dulu Syaikhuna …” demikian beliau memulai. Dan, masya Allah, dari cerita beliau, semua yang hadir merasa mendapat petuah yang sangat berharga; khususnya bagi kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat. Prinsip-prinsip penting organisasi, beliau sampaikan --dengan metode cerita— sama sekali tanpa nada indoktrinasi atau briefing; apalagi menggurui. Luar biasa!

Sengaja saya ceritakan beberapa pengalaman pertemuan saya dengan Kiai Hamid di atas, selain sebagai tahadduts bin-ni’mah, saya ingin menunjukkan bahwa beliau memiliki ‘karomah’ yang lain, yang lain dari yang dipahami banyak orang. Sebenarnya buku yang sekarang ada di tangan Anda, sudah cukup memberikan gambaran agak utuh tentang sosok beliau; khususnya yang berkaitan dengan sifat-sifat keteladanan beliau. Tentang penguasaan ilmu, akhlak, dan perhatian beliau terhadap umat. Pendek kata tentang hal-hal yang di masa kini sudah terbilang langka.

Yang kiranya masih perlu dibeber lebih luas adalah proses yang berlangsung, yang membentuk seorang santri Abdul Mu’thi menjadi Kiai Abdul Hamid. Tentang ketekunan beliau mengasah pikir dengan menimba ilmu; tentang perjuangan beliau mencemerlangkan batin dengan penerapan ilmu dalam amal dan mujahadah; dan kesabaran beliau dalam mencapai kearifan dengan terus belajar dari pergaulan yang luas dan pengalaman yang terhayati. Sehingga menjadi kiai yang mutabahhir, yang karenanya penuh kearifan, pengertian, dan tidak kagetan. Kiai Hamid bukanlah ‘Wali Tiban’. ‘Wali Tiban’, kalau memang ada, tentu berpotensi kontroversial dalam masyarakat. Kiai Hamid tidak demikian. Beliau dianggap wali secara ‘muttafaq ‘alaih’. Bahkan ayah saya, Kiai Bisri Mustofa dan guru saya Kiai Ali Maksum –keduanya adalah kawan-karib Kiai Hamid-- yang paling sulit mempercayai adanya wali di zaman ini, harus mengakui, meskipun sebelumnya sering meledek kewalian kawan-karib mereka ini. 

Banyak orang alim yang tidak mengajarkan secara tekun ilmunya dan tidak sedikit yang bahkan tidak mengamalkan ilmunya. Lebih banyak lagi orang yang tidak secara maksimal mengajarkan dan atau mengamalkan ilmunya. Sebagai contoh, banyak kiai yang menguasai ilmu bahasa dan sastra (Nahwu, sharaf, Balaghah, ‘Arudl, dsb.), namun jarang di antara mereka yang mengamalkannya bagi memproduksi karya sastra. Kebanyakan mereka yang memiliki ilmu bahasa dan sastra itu menggunakannya ‘hanya’ untuk membaca kitab dan mengapresiasi, menghayati keindahan, kitab suci Al-Quran. Tentu tak banyak yang mengetahui bahwa salah satu peninggalan Kiai Hamid–rahimahuLlah—adalah naskah lengkap berupa antologi puisi. 

Banyak kiai yang karena ke-amanah-annya mendidik santri, sering melupakan anak-anak mereka sendiri. Kiai Hamid, seperti bisa dibaca di buku biografi ini, bukan saja mendidik santri dan masyarakat, tapi juga sekaligus keluarganya sendiri. 

Dari sosok yang sudah jadi Kiai Hamid, kita bisa menduga bahwa penghayatan dan pengamalan ilmu itu sudah beliau latih sejak masih nyantri. Demikian pula pergaulan luas yang membangun pribadi beliau, sudah beliau jalani sejak muda, sehingga beliau menjadi manusia utuh yang menghargai manusia sebagai manusia; bukan karena atribut tempelannya. Dan kesemuanya itu melahirkan kearifan yang dewasa ini sangat sulit dijumpai di kalangan tokoh-tokoh yang alim.

Waba’du; sebelum saya menulis pengantar ini, saya sudah salat sunah dua raka’at; namun saya masih tetap merasa tidak sopan dan tidak sepantasnya berbicara tentang Kiai Hamid seperti ini dan khawatir kalau-kalau beliau sendiri tidak berkenan. Kelembutan dan kearifan beliau seperti yang saya kenallah yang membuat saya berani menuruti permintaan Gus Idris dan pihak Yayasan Ma’had As-Saafiyah Pasuruan untuk menulis. Semoga tulisan saya ini termasuk menuturkan kemuliaan orang salih yang dapat menurunkan rahmat Allah. Idz bidzikrihim tatanazalur rahamaat. Dan mudah-mudahan masyarakat tidak hanya mendapat berkah dari manakib beliau ini, tapi lebih jauh dapat menyerap suri tauladan mulia dari sierah dan perilaku beliau. Allahumma ‘nfa’naa bi’uluumihil qayyimah wa akhlaaqihil kariemah. Amin. 

Rembang, 1 Shafar 1424

Tulisan ini merupakan kata pengantar KH A Mustofa Bisri atas buku biografi Almarhum KH A Hamid Pasuruan, dan dipublikasikan di dinding akun facebook miliknya.

Kamis, 11 Februari 2016

BUKU KETELADANAN SOSOK PARA GURU MADRASAH INSPIRATIF VERSI PDF


Al Fatah Online - Setelah sebelumnya dirilis buku Keteladanan Sosok Para Guru Madrasah Inspiratif versi e-book yang bisa dibaca secara online, kini bagi yang ingin membaca buku tersebut secara offline buku tersebut sudah tersedia versi pdf.

Kementerian Agama (Kemenag) terus berusaha turut membenahi sistem pendidikan Islam. Salah satunya dengan meluncurkan buku refrensi buat para guru. Kemenag meyakini buku berjudul 'Madrasah Mencetak Generasi Emas' dan 'Keteladanan Sosok Para Madrasah Inspiratif' itu akan jadi inspirasi para guru dalam mendidik. Dua buku tersebut resmi di launching pihak Direktorat pendidikan Madrasah Kemenag di Hotel Mercure Kota Jakarta Pusat, Senin (14/12). Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin hadir dalam peluncuran buku inspiratif tersebut. "Kebajikan para guru itu perlu kita catat,  agar ini menjadi teladan bagi seluruh guru dan siswa Madrasah se-Indonesia," tutur Kemenag seperti dikutip monitorday.com. Lebih lanjut Menag mengatakan, peluncuran buku ini juga diharapkan bisa memotivasi para guru. Agar kedepan lebih banyak guru dan siswa yang bisa menginspirasi semua orang.

Buku setebal 348 halaman ini berupaya memberikan inspirasi kepada para pendidik di sekolah dan madrasah melalui kisah-kisah teladan para guru dan kepala madrasah. Bahkan bukan hanya mengemukakan keteladanan, para sosok guru dalam buku ini juga menopang keteladanan dengan prestasi membanggakan.Buku setebal 348 halaman ini berupaya memberikan inspirasi kepada para pendidik di sekolah dan madrasah melalui kisah-kisah teladan para guru dan kepala madrasah. Bahkan bukan hanya mengemukakan keteladanan, para sosok guru dalam buku ini juga menopang keteladanan dengan prestasi membanggakan.

Melalui berbagai penemuan dan penelitian yang dilakukan 25 guru teladan dalam buku ini, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI berupaya mempublikasikan prestasi dan keteladanan sehingga diharapkan mampu menginspirasi para guru madrasah di berbagai daerah di Indonesia.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam pengantarnya dalam buku ini mengatakan, keberhasilam pendidikan Islam tak bisa dilepaskan dari kiprah para guru dan kepala madrasah. Mereka gigih menjalankan tugas demi menghasilkan lulusan-lulusan terbaik. Buku ini, lanjut Menag, cukup memberikan gambaran mengenai berbagai kreasi dan inovasi yang telah dilakukan oleh para guru dan kepala madrasah. (halaman xv)
Jelas para guru dan kepala madrasah tidak hanya sekadar memberikan materi pelajaran demi mencapai beban kurikulum. Tetapi mereka juga harus senantiasa berinovasi, baik dalam menyusun materi pembelajaran, metode pembelajaran, maupun media pembelajaran. Kompetensi holistik ini minimal ada pada diri para guru sehingga siswa mampu menyerap materi dengan baik.


BUKU KETELADANAN SOSOK PARA GURU MADRASAH INSPIRATIF VERSI PDF DOWNLOAD DI SINI