SELAMAT DATANG DI WEBSITE MADRASAH IBTIDAIYAH AL FATAH-LEBIH BAIK MADRASAH-MADRASAH LEBIH BAIK

Jumat, 22 April 2016

Merasa Jagoan? Berani Ikut Tarung Bebas di Pesantren Ini?

Ilustrasi (www.cifaclub.com)
Probolinggo, NU OnlinePagelaran “Tarung Bebas” kembali diselenggarakan di Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, Jawa Timur, pada 30 April 2016. Ajang ini bakal menjadi wahana unjuk kebolehan para petarung di atas ring dengan disaksikan puluhan ribu penonton. 

Dibanding pertunjukan silat lainnya, tarung bebas terbilang istimewa lantaran tak mengandung unsur rekayasa. Pesertanya pun tidak khusus pendekar dari perguruan silat. Para petarung bisa siapa pun, mulai dari preman, santri, tukang becak, dan lainnya. Para pesilat tidak hanya dari kalangan Pencak Silat NU Pagar Nusa tetapi juga dari Setia Hati, Tapak Suci, Taekwondo, Wing Chun, Boxing, dan lain sebagainya.


Pesantren Zainul Hasan selaku tuan rumah telah mempersiapkan acara ini sejak jauh-jauh hari. Rencananya, acara tarung bebas dimulai pukul 18.00 hingga 24.00 WIB di halaman P5, pesantren asuhan Ketua PWNU Jatim itu.

Sistematika pertandingannya, dua petarung berjibaku di atas ring tinju, malam itu. Beberapa kali mereka harus bergelut di pojok ring. Berkelit lalu menyerang balik. Melepaskan jotosan. Tendangan keras dan membanting lawan. Menyajikan pertarungan brutal namun tetap sportif dan bersahabat. Sesuai dengan motonya "Di Atas Lawan, Di Bawah Kawan".

Dilengkapi dengan ring tinju setinggi 2 meter, para petarung tidak menggunakan body protector (pengaman badan) ataupun head protector (pengaman kepala). Sasaran serangan bebas sebebas-bebasnya. Hanya ada dua aturan dalam pertarungan ini. Pertama, tidak boleh menggunakan senjata, jimat dan aji-ajian. Artinya, hanya dengan tangan kosong. Kedua, lawan harus seimbang. 

Di atas ring ada 3 orang pendekar senior yang didaulat menjadi wasit. Wasitlah yang menentukan imbang tidaknya petarung, dan wasit juga yang menentukan kapan pertarungan dihentikan. 

Panitia sendiri menyiapkan tim medis lengkap dengan ambulans jika didapati peserta yang terluka dan cedera. Serta pengaman dari Pagar Nusa jika dikhawatirkan terjadi tawuran. Selama pertandingan berlangsung, iringan musik tradisional gamelan dan gendang bergema. Itu dilakukan agar suasana antarpesilat yang bertarung tidak memanas.

Ketua Panitia Pelaksana, Moh Haris Damanhuri mengatakan, pesilat yang ikut bertarung tidak hanya dari Jawa Timur tapi juga sejumlah daerah lain di Tanah Air, seperti Lampung. 

“Pertarungan ini ada historinya. Seiring perkembangan zaman, seni bela diri ini dijadikan ajang persahabatan dan merekatkan tali persaudaran. Tidak ada hadiah yang dikejar di sini, selain itu para pesilat diharapkan tetap menjaga sportivitas sepanjang pertandingan,” pungkas Gus Haris.

Almarhum KH Maksum Jauhari, pengasuh Pondok pesantren Lirboyo, Kediri, merupakan pelopor pertarungan khas NU Jawa Timur ini. Konon, asal usul tarung bebas ini Berawal dari banyaknya kasus tawuran antar Perguruan Silat di Jawa Timur, begitu juga banyaknya kasus pengeroyokan bagi orang yang lemah serta kasus premanisme. Hingga akhirnya kiai berambut Gondrong ini berinisiatif mengadakan pertarungan bebas di atas ring agar keberanian itu tidak hanya di luar tetapi hasrat dan nafsu tawuran itu tersalurkan di atas ring. (Moh Nasirul Haq/Mahbib)


Sumber: http://www.nu.or.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar