Larisnya kamus al-Munawwir di pasaran tidak serta merta terjadi. Sebab, itu semuanya ada rahasianya. Lalu apa rahasianya?
Kisah ini diceritakan oleh sahabat karib sekaligus rekan organisasi Kiai Warson Munawwir, H. Iskandar beberapa waktu lalu ketika ditemui penulis di Auditorium Gedung Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY).
Ketika Kiai Warson masih hidup, sebagai sahabat karib, H. Iskandar sering berkunjung ke kediamannya untuk tetap menjaga tali silaturahim. Suatu ketika, saat H. Iskandar bertamu, ia diberitahu oleh istri Kiai Warson, Nyai Khusnul, terkait keanehan penjualan kamus yang ditulis suaminya tersebut.
“Tak rasan-rasan, nek niat neng ati arep tuku ngene, tuku ngono nganggo duwit dodolan kamus, kamuse ndadak ora laku. Tapi nek diniati duwite digawe bangun pondok, kok kamuse laris banget (Rasa-rasanya, kalau di hati ada niat mau beli ini beli itu dengan menggunakan uang hasil penjualan kamus, penjualan kamusnya tiba-tiba menurun alias tidak laku. Tetapi kalau niatnya uang hasil penjualan kamus dibuat bangun pondok, itu kamusnya laris sekali),” ujar H. Iskandar menirukan ucapan Nyai Khusnul.
Pada akhirnya, sejarah memang membuktikan bahwa Pondok Pesantren al-Munawwir Kompleks Q, yang didirikan oleh Kiai Warson, dibangun hanya dengan menggunakan uang hasil penjualan kamus al-Munawwir, bukan dari lain-lainnya.
Kisah menakjubkan tersebut sesungguhnya sesuai dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamyang berbunyi, "Amal itu tergantung pada niat. Innamal a‘mâlu bin niyyât." Jadi, ketika akan melakukan sesuatu, utamakanlah niatnya. Semoga bermanfaat. (Nur Rokhim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar